Senin, 01 Oktober 2012

0 Tipologi Hubungan Sains dan Agama

Isu hubungan agama dan sains :

  • Sebagian kalangan mencoba mencari hubungan agama dan sains.
  • Sebagian lagi beranggapan bahwa agama dan sains tidak akan pernah bisa dipertemukan.
Di akhir dasawarsa tahun 90-an, di Amerika Serikat dan Eropa Barat khususnya, berkembang diskusi tentang sains (ilmu pengetahuan) dan agama (kitab suci). Diskusi dimulai oleh Ian G. Barbour yang mengemukakan teori “Empat Tipologi Hubungan Sains (Ilmu Pengetahuan) dan Agama (Kitab Suci)”.
Tipologi Hubungan Sains dan Agama :
  1. Tipologi Konflik
  2. Tipologi Independensi
  3. Tipologi Dialog
  4. Tipologi Integrasi
Tipologi Konflik menganggap bahwa Agama dan Sains saling bertentangan. Dianut oleh kelompok Materialisme Ilmiah dan kelompok Literalisme Kitab Suci.
Pandangan kelompok Materialisme Ilmiah
  1. Keyakinan agama tidak dapat diterima karena agama bukanlah data yang dapat diuji dengan percobaan.
  2. Sains (ilmu pengetahuan) bersifat obyektif, terbuka, dan progressif.
  3. Agama (kitab suci) bersifat subyektif, tertutup, dan sangat sulit berubah.

Pandangan kelompok Literalisme Kitab Suci
  1. Teori ilmiah melambungkan filsafat materialisme dan merendahkan perintah moral Tuhan.
Penyebab Konflik Agama dan Sains :
  1. Fundamentalisme Sains (Ilmu Pengetahuan)
  2. Fundamentalisme Agama (Kitab Suci)
  3. Merasa dirinya paling benar
  4. Menyalahkan orang lain

Tipologi Independensi menganggap bahwa Sains dan Agama tidak perlu terjadi konflik karena keduanya berada diwilayah yang berbeda.
Tipologi Dialog mencari (secara ilmiah) hubungan (konseptual dan metodologis) antara sains dan agama, kemiripan dan perbedaannya.
Konseptual :
  • Sains menyentuh persoalan di luar wilayahnya sendiri (misalnya: mengapa alam semesta serba teratur?)
  • Sains digunakan sebagai analogi untuk membahas hubungan Tuhan dengan dunia, yakni adanya kesejajaran konseptual antara teori ilmiah dan keyakinan teologi
Metodologi :
  • Sains dipahami tidaklah seobyektif dan agama juga dipahami tidaklah sesubyektif – sebagaimana yang diduga
Sains (Obyektif-Subyektif)
  1. Data ilmiah yang menjadi dasar sains, ternyata melibatkan unsur-unsur subyektifitas
  2. Subyektivitas itu terjadi pada asumsi-asumsi teoritis yang digunakan dalam proses pemilahan, pelaporan, dan penafsiran data
  3. Sebagian teori sains lahir dari imajinasi kreatif yang di dalamnya mengandalkan analogi dan model
Agama (Subyektif-Obyektif)
  1. Agama tidak sesubyektif yang diduga
  2. Data agama (pengalaman keagamaan, ritual, dan kitab suci) lebih banyak diwarnai penafsiran konseptual
  3. Asbaabun nuzuul (Al-qur’an) 
  4. Asbaabul wuruud (Al-hadits)
Tipologi Integrasi targetnya memadukan antara Agama dan Sains dengan proses Menyerukan perumusan ulang terhadap gagasan-gagasan teologi tradisional, Teologi tradisional dikaji secara lebih ekstensif (luas) dan sistematis.Integrasi sendiri dibagi menjadi tiga :
  1. Natural Theology (Menjadikan alam sebagai sarana untuk mengetahui Tuhan) Sains -> Agama
  2. Theology of Nature (Berangkat dari pemahaman keagamaan yang disinari oleh sains) Pemahaman Keagamaan + Sains = Paham Keagamaan yang disinari oleh Sains
  3. Sintesis Sistematis (Pemaduan agama dan sains secara lebih sistematis = Memberikan kontribusi ke arah pandangan yang lebih koheren, Melalui filsafat proses = Setiap peristiwa atau teori baru merupakan produk masa lalu dari tindakan dan aksi Tuhan) Sains + Agama + Filsafat = Sintesis Sistematis

0 komentar:

Posting Komentar

 

Inspirasi Islami Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates