Dalam memadukan
antara islam dan sains ada beberapa pandangan dari intelek tentang pendekatan perpaduan Islam dan Sains
diantaranya adalah :
Sayyed hossein nasr, ziauddin sardar dan maurice bucaile
mereka beranggapan bahwa dalam memadukan Islam dan Sains yang di perlukan
adalah etika islam untuk mengawal sains dan perlunya landasan epistemologi
Islam untuk suatu sistem sains(“sains islam”),
Penafsiran ( sentuhan ) islami yang di kenal tokonya
adalah mehdi ghulsani, bruno guiderdoni gagasan mereka adalah tidak perlu
membangun “sains islam” tetapi cukup memberikan penafsiran (sentuhan) islami
terhadap sains yang ada saat ini.
Perpaduan
islam dan sains dengan cara pendekatan Islamisasi Ilmu” tokoh-tokohnya adalah Naquib
Al-Attas, Ismail Raji’ Al-Faruqi dan Harun
Yahya dengan gagasan mereka adalah hendaknya ada hubungan timbal-balik antara aspek realitas
(sains/iptek) dan aspek kewahyuan (islam).
Pendekatan
Islamisai penuntut Ilmu oleh Fazlur Rahman dengan gagasannya yakni Yang harus mengaitkan dirinya dengan nilai-nilai islam adalah pencari
ilmu bukan ilmunya.
Pendekatan
ilmuisasi islam oleh Prof. Dr. Kuntowijoyo (Alm) dengan
gagasanya Perumusan teori ilmu pengetahuan
yang didasarkan kepada Al-Quran (menjadikan al-Quran sebagai suatu paradigma.
Di atas adalah beberapa padangan
dari berbagai orang yang mau mencurahkan pemikirannya tentang integrasi antara
islam dan sains, mari kita melihat contoh kecil yakni perpaduan islam dan sains
yang ada di indonesia. Indonesia merupakan negara dengan
jumlah muslim terbesar di dunia. Jumlah yang begitu besar menjadikan sebuah
keunggulan sekaligus masalah, ketika umat islam tidak mampu mempraktekkan
nilai-nilai keislaman, dan tidak mampu menunjukkan kualitasnya sebagai seorang muslim
untuk mewujudkan kemakmuaran yang sesuai dengan tujuan penciptaan agar menjadi
khalifah utusan Allah di bumi ini. Kenyataan sekarang yang terjadi adalah umat
islam belum banyak berperan dalam menyelesaikan problem umat maupun bangsa.
Dengan jumlah yang besar umat islam harusnya dapat memberikan konstribusi yang
besar linier sebanding dengan jumlahnya. Akan tetapi, dengan kuantitas yang
besar, ternyata belum sebanding dengan kualitasnya. Jadi sebenarnya, ada yang
salah dengan sistem pendidikan yang dimiliki dan dipraktekkan oleh umat islam
saat ini salah satunya indonesia.
Sejarah telah mencatat, pada awal abad
VIII umat islam telah menorehkan tinta emas kemajuan iptek jauh sebelum
terjadinya revolusi Industri yang diagung-agungkan bangsa Eropa. Saat itu, ilmuwan-ilmuwan
islam dapat meletakkan dasar kemajuan iptek yang tentu saja atas dasar agama.
Ilmuwan yang memperpadukan antara islam
dan sains adalah seperti Abu Bakr Muhammad bin Zakariya ar-Razi (Razes [864-930
M]) yang dikenal sebagai ‘dokter Muslim terbesar’, atau pakar kedokteran Abu
Ali Al-Hussain Ibn Abdallah Ibn Sina (Avicenna [981-1037 M]) yang hasil
pemikirannya The Canon of Medicine (Al-Qanun fi At Tibb) menjadi rujukan utama
ilmu kedokteran di eropa. Al Kawarijmi Jabir Ibnu Hayyan yang meninggal tahun
803 M disebut-sebut sebagai Bapak Kimia. Algoritma yang kita kenal dalam
pelajaran matematik itu berasal dari nama seorang ahli matematik Muslim bernama
Muhammad bin Musa Al-Khwarizmi (770-840 M).
Ilmuwan islam telah diakui menjadi ”jembatan”
yang menghubungkan Pra-revolusi dengan kemajuan eropa melalui revolusi industri
yang sempat diklaim merubah dunia.
Dan selain ilmuwan-ilmuwan yang bekerja
keras, ditambah pemerintahan yang mendukung dengan rela menyewa
penerjemah-penerjemah untuk menenjemahkan warisan-warisan ilmuan kuno Yunani.
Sehingga nampak bahwa islam tidak hanya berorientasi pada agama, tetapi juga
turut mengembangkan iptek yang sebelumnya dianggap berorientasi pada dunia.
Sumber :
- materi kuliah semester 5 islam dan sains
0 komentar:
Posting Komentar