Langkah pertama untuk mengembangkan sains-teknologi di dunia islam
adalah dengan menciptakan pradigma baru tentang sains-teknologi, yang dimaksud
disini adalah merubah cara pandang atau sudut pandang seseorang ilmuan maupun
cendikiawan agama dalam menilai suatu permasalahan tidak dilihat dari satu
sudut pandang ilmu saja, tetapi harus lebih di hubungkan dengan ilmu yang
lainya agar mendapatkan suatu metode yang seimbang antara ilmu umum dan agama.
Sebelum membahas materi ini lebih lanjut sebaiknya kita
memahami apa itu Strategi, strategi adalah kerangka pilihan-pilihan yang
menentukan sifat dan arah tujuan suatu kelompok. Jadi agar suatu terget atau
tujuan bisa tercapai
Dan sesungguhnya ilmu yang paling mendasar dalam dunia ini sebelum ilmu
lainya yang umum adalah ilmu yang di dasari dengna Al-qura’an dan Sunnah,
kemudian munculah ilmu-ilmu percabangannya yakni ilmu-ilmu agama kemudian
barulah ilmu-ilmu umum bermunculan, ilmu agama sebagai kontrol agar tidak
mendewa suatu ilmu tertentu.
Dalam pembelajaran sains-teknologi harus di ikut sertakan dalam
pembelajaran studi islam sehingga menghasilkan ilmu yang konkrit dalam artian
komplit dalam mengukur permasalahan, pembelajaran yang pertama adalah
onotologi, sebelumnya kita bahas apa itu ontologi, Ontologi merupakan salah
satu kajian kefilsafatan yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi
tersebut mebahas keberadaan sesuatu yang bersifat konkret. Jadi ontologi
sains-teknologi disini bahwasanya untuk memahami Allah SWT, dapt dilakukan
melalui ayat-ayat qauliyyah dan kauniyah. Ayat-ayat qauliyah adalah ayat-ayat
yang difirmankan oleh Allah swt. di dalam Al-Qur’an. Ayat-ayat ini menyentuh
berbagai aspek, termasuk tentang cara mengenal Allah.
QS. At-Tin (95): 1-5
Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai, dan demi kota
(Mekah) ini yang aman; sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk
yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya
(neraka).
Dan yang dimaksud Ayat-ayat kauniah adalah ayat atau tanda yang wujud di
sekeliling yang diciptakan oleh Allah. Ayat-ayat ini adalah dalam bentuk benda,
kejadian, peristiwa dan sebagainya yang ada di dalam alam ini. Oleh karena alam
ini hanya mampu dilaksanakan oleh Allah dengan segala sistem dan peraturanNya
yang unik, maka ia menjadi tanda kehebatan dan keagungan Penciptanya
QS. Nuh (41): 53
Kami akan memperlihatkan
kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri
mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar.
Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?
Pradigma ini tidak lagi memisahkan sains-teknologi dalam
posisi yang diametral dengan agama, tetapi sains-teknologi merupakan bagian
dari agama, dalam strategi pengembangan sains-teknologi di islam.
Metode yang diterapkan
dalam pengembangan sains-teknologi di islam adalah metode Bayani, burhani dan
irfani
·
Metode bayani
adalah memahami teks sebagai pengetahuan jadi dan langsung mengaplikasikan
tanpa perlu pemikiran. Namun secara tidak langsung bayani berarti memahami teks
sebagai pengetahuan mentah sehingga perlu tafsir dan penalaran.
Oleh sebab itu Saintis dan teknokrat muslim harus menjadikan
teks al-qur’an dan al-sunnah sebagai sumber inspirasi untuk menunjang kualitas
metode pemikiran yang baru yang lebih berkualitas. Al-Qur’an dan al-Sunnah
tidak boleh hanya dikaji secara literal, sebab konteks ayat/hadits tentang
fenomena alam yang terdapat dalam al-Qur’an dan al-Hadits cenderung
menggambarkan kondisi masyarakat Arab
·
Metode
burhani adalah pendekatan yang berpandangan bahwa sumber ilmu pengetahuan
adalah akal. Akal menurut epistemologi ini mempunyai kemampuan untuk menemukan
berbagai pengetahuan, bahkan dalam bidang agama sekalipun akal mampu untuk
mengetahuinya, seperti masalah baik dan buruk. Metode burhani lebih di kenal
dengan istilah metode ilmiah.
Dalam hal ini saintis
dan teknokrat muslim harus membiasakan diri melakukan perenungan, pengamatan,
verifikasi, eksplorasi dan eksperimen tentang fenomena alam di sekitarnya.
·
Metode irfani
adalah pendekatan pemahaman yang bertumpu pada instrumen pengalam batin, dhawq,
qalb, wijdan, basirah dan intuisi.
terkait dengan sikap dan
aspek esoterik saintis dalam mensikapi suatu fenomena alam, seorang saintis tidak
boleh memendam ilmu atau pengetahuannya untuk dirinya sendiri karena ada misi
kekhalifahan manusia di bumi yang merupakan tugas dari seorang khalifah untuk
memakmurkan bumi ini, dan dalam kajiannya sains dan teknologi tidak boleh
merusak alam.
Fungsi dari Sains-teknologi secara keseluruhan adalah sains-teknologi harus dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah
SWT, bukan untuk keluar dari jalan yang ditentukan oleh Allah, sesungguhnya
maha bernar semua firman-firman Allah yang di tujukan kepada hamba-hamba-Nya.
Allah memberikan akal dan pikiran kepada manusia sebagai makhluk yang paling
sempurna bukan tanpa tujuan semua itu, sesungguhnya Allah menitipkan dunia ini
kepada para manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi ini. Khalifah disini
bertugas untuk memelihara dan menjaga bumi, karena merupakan salah satu bukti
kekuasaan Allah yang di tujukan kepada semua makhlukNya, dalam hal ini sains-teknologi harus
bisa mencerminkan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil
‘aalamiin).
Refrensi :
·
Materi
kuliah semester 3 pengantar studi islam
0 komentar:
Posting Komentar